BISNIS TIKET PESAWAT ONLINEBISNIS TIKET PESAWAT ONLINE
Direkomendasikan bagi Anda yang ingin memiliki dan mengelola bisnis penjualan tiket pesawat secara online, murah, mudah, cepat, dan aman. KLIK DISINI untuk mendapatkan informasi selengkapnya.

KOLEKSI WALLPAPER FOTO PESAWAT TERBANG :


bisnis bengkel pesawat terbang masih dianggap sebagai usaha kecil menengah

bisnis bengkel pesawat terbang masih dianggap sebagai usaha kecil menengah. Info sangat penting tentang bisnis bengkel pesawat terbang masih dianggap sebagai usaha kecil menengah. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai bisnis bengkel pesawat terbang masih dianggap sebagai usaha kecil menengah

Meski diprediksikan bakal berkembang seiring dengan pertumbuhan penerbangan nasional, bisnis bengkel pesawat terbang masih dianggap sebagai usaha kecil menengah. Perbankan pun baru berani memberi kredit maksimal Rp 10 miliar. Bahkan baru BNI 46 saja, yang berani memberikan kredit tersebut, setelah melakukan pengkajian mengenai usaha maintenance, repair and overhaul (MRO) pesawat terbang secara mendalam. BNI menyatakan, segera memberikan kredit kepada sejumlah bengkel saat digelarnya seminar Leveraging MRO Business in Indonesia Through Financial and Logistic Services di Jakarta, Selasa (11/5/2010). "BNI masih menganggap kredit yang diberikan masuk dalam kelompok small medium (kecil menengah). Tetapi peluang usaha ke depannya sudah cukup baik," kata Business Development Group Head BNI, Ayu Sari Wulandari. Menurutnya, bank masih belum bisa membiayai secara corporate financing, tetapi hanya melakukan financing dengan pola mitra.
Kotabumi.
Lampung Utara.
"Kami masih memberi kredit dalam kelompok small medium yaitu maksimal Rp 10 miliar per segmen," ujar Ayu. Sementara Ketua Umum Asosiasi perusahaan perawatan pesawat terbang Indonesia atau Indonesian Aircraft Maintenance Shop Association (IAMSA) Richard Budihadianto mengatakan, saat ini para operator MRO terus berupaya untuk mendapatkan kredit perbankan. "Setelah dengan BNI kami akan mendekati bank lainnya, dan porsinya juga agar terus ditambah," tandasnya. Dijelaskannya, pertumbuhan MRO hingga empat tahun ke depan diprediksikan bakal mencapai 100 persen seiring dengan semakin banyaknya pesawat komersial milik maskapai di Indonesia. Bila pada 2010 ini telah ada 300 unit pesawat, maka pada 2014 akan ada sekitar 700 pesawat. Dengan bertambahnya pesawat, maka bisnis bengkel pesawat pun akan semakin besar. Tahun ini saja, nilai bisnisnya mencapai 750 juta dollar AS, sedangkan 2014 diyakini bakal mencapai Rp 2 miliar dollar AS. Tetapi bisnis yang terserap oleh perusahaan MRO di Indonesia baru 30 persen, sisanya masih di luar negeri. "Paling tidak kita harus berinvestasi sebesar 100 persen dari apa yang telah kita lakukan agar bisa merebut pasar. Paling maksimal, pada 2014 kita baru bisa mendapatkan pasar 50-60 persen nilai bisnis MRO pesawat di Indonesia. Mungkin sekitar 1,2 miliar dollar," tandasnya. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan Herry Bakti S Gumay meminta agar bengkel perawatan pesawat mendongkrak kuantitas maupun kualitasnya. Dengan pertumbuhan penumpang udara rata-rata 15-20 persen per tahun, bengkel pesawat juga harus ikut meningkat. "Jangan sampai peluang ini dimanfaatkan oleh pihak lain," ujarnya. Di Indonesia terdapat 27 bengkel perawatan pesawat yang aktif dan terdaftar dari total 59 bengkel. Dari audit International Civil Aviation Organization (ICAO), aspek-aspek dalam industri penerbangan nasional dinilai sudah hampir 100 persen comply dengan aturan ICAO. Bengkel perbaikan dan perawatan pesawat terbang lokal diperkirakan membutuhkan tambahan sebanyak 7.000 orang mekanik dan teknisi hingga 2014 seiring pasar MRO (maintenance, repair, dan overhaul) yang terus berkembang. Richard Budihadianto, Ketua Umum Indonesian Aircraft Maintenance Shop Association (IAMSA), mengatakan pada 2014 jumlah pesawat yang dioperasikan maskapai lokal akan mencapai 700 unit. "Kita butuh tambahan SDM sebanyak itu, untuk mengantisipasi berkembangnya pasar. Jangan sampai perawatan dan perbaikan pesawat maskapai lokal lari ke luar negeri," katanya hari ini saat membuka IAMSA Business Gathering 2010. Namun, kata dia, saat ini lembaga pendidikan lokal baru bisa mencetak sekitar 1.000 orang mekanik dan teknisi per tahun. Dia nenuturkan kalau dilihat dari rata-rata upah tenaga kerja per jam di pekerjaan MRO, Indonesia termasuk unggul dibandingkan dengan negara lainnya. Di Eropa, kata dia, upah teknisi dan mekanik mencapai US$100 per jam, sementara di Amerika Serikat US$60-US$70 per jam. Adapun di Indonesia hanya US$40 per jam.


Powered By : Blogger